Tak Mau Terus Merugi, Ini Cara Garuda Indonesia Kerek Profit

TANGERANG, iNews.id - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengaku tetap merugi sekalipun harga tiketnya sesuai dengan tarif batas atas seperti aturan pemerintah. Pasalnya, maskapai kelas atas ini tak bisa menutupi biaya operasional hanya dengan penjualan tiket.

Direktur Utama GIAA I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, saat ini pihaknya tidak lagi fokus pada utilisasi atau pemanfaatan dalam menjalankan bisnisnya seperti sebelumnya. Namun, akan lebih fokus pada peningkatan margin atau profit.

"Garuda tidak lagi fokus pada utilisasi pesawat tapi kita akan fokus pada margin atau profit suatu penerbangan," ujarnya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Sabtu (26/1/2019).

Oleh karenanya, GIAA akan mengurangi frekuensi penerbangannya selama low season atau masa sepi penumpang. Hal ini agar dapat mengangkut penumpang secara maksimal dengan penerbangan yang sedikit.

"Jumlah penerbangan kita kurangi sehingga lebih maksimum dan pendapatan tetap naik," kata dia.

Dia melanjutkan, pengurangan frekuensi penerbangan tidak berarti pihaknya mengurangi jumlah kru kabinnya. Kru-kru ini akan dialihkan ke penerbangan luar negeri yang rencananya mulai dibuka tahun ini.

"Kita sekarang alihkan ke luar negeri. Jalur-jalur luar negeri seperti Moskow, Istanbul, Nagoya. Nagoya first flight nanti tahun 2019 ini 23 Maret jadi kita akan ke sana pertama. Akan kita buka lagi," tuturnya.

Sebelumnya, GIAA membukukan kerugian bersih sebesar 114,08 juta dolar AS pada periode Januari-September 2018. Oleh karenanya, tahun lalu GIAA menargetkan dapat mengubah kerugiannya menjadi keuntungan.

Salah satunya dengan meningkatkan utilisasi pesawat yang dimiliki dengan menyewakannya (leasing). "Pertama, meningkatkan utilisasi pesawat dan terus melakukan renegosiasi untuk leasing pesawat yang kita miliki," kata mantan Dirut GIAA Pahala N Mansurry di Menara BCA, Jakarta, Kamis (9/8/2018).

Editor : Ranto Rajagukguk

Let's block ads! (Why?)